Maaf banget nih ya buat
pengunjung setia blog SuhenoxiouS™.. Selama ini aku disibukkan oleh tugas-tugas
akademis yang sangat menyita waktu sehingga blog ini terkesan dianggurin..
Nah,, disela-sela tugas yang udah
tinggal dikit lagi ini, aku mau bahas suatu topik yang ringan-ringan aja dulu.
Semoga berkenan membacanya sampai selesai, hihi..
Media di Indonesia akhir-akhir
ini sedang memiliki 1 (satu) berita mainstream, yaitu berita tentang persaingan
menuju kursi RI-1. Saat ini, sudah ditetapkan Bawaslu ada dua pasangan yang
akan saling adu suara, Prabowo-Hatta dan Jokowi-Kalla. Pada tanggal 1 Juni lalu
(ingat angka 1), kedua pasangan memilih nomor
urut untuk nomor di kertas suara nantinya. Hasilnya, yang mendapatkan
nomor 1 untuk Pilpres nanti adalah pasangan Prabowo-Hatta, sedang pasangan
Jokowi-Kalla mendapatkan nomor dua.
Eh, tadi aku bilang topik kita
yang ringan-ringan aja kan ? Kok sok-sok bahas Pilpres segala ??!!
Hmm,, paragraf barusan hanya
intro aja kok, dan aku gak mau mengkampanyekan salah satu pasangan capres
manapun di blog aku yang objektif ini.. Hoho
Tapi, aku hanya teringat sekilas
mengenai pengalaman masa lalu yang “cukup” menarik yang kebetulan berhubungan
dengan si no 1, alias si angka 1. Memoriku pun langsung flashback ke paragraf-paragraf berikut ini.
Kisah ini bermula di bulan Oktober
tahun 2010. Saat itu adalah tanggal 11 (ada dua buah angka 1). Aku menjadi
delegasi sekolah untuk mengikuti suatu lomba yang diadakan di sekolah lain. Aku
ga bisa ungkap lombanya mengenai apa, karena aku ga mau pamer disini yaa, hehe.
Yang pasti lombanya cukup penting karena bertaraf Kabupaten/Kota, yaitu tingkat
se-Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Utusan lomba dari sekolah
berjumlah 11 orang siswa (ada dua buah angka 1). Satu orang pria, aku, dan sepuluh
lagi adalah wanita. Sekolah kami
mengikuti dua kategori lomba, satu kategori aku yang wakili, kategori yang satu
lagi diwakili oleh sekelompok puteri. Kenapa cuma aku yang pria ? Saat itu,
sekolah memilih efisiensi. Wakil yang sedikit itu diprioritaskan karena
berpotensi besar untuk menyabet gelar juara. Bisa aja sih sebenarnya jumlah
pria ditambah lagi untuk bersaing di kategori yang aku rintis, tapi yaa karena faktor
efisiensi tadi, dan itu pun aku sudah melewati seleksi terlebih dahulu sebelum
maju menjadi delegasi sekolah.
Saat pencabutan lot, aku mendapatkan
nomor lot 11 (lagi-lagi, ada dua buah
angka 1). Karena nomor lot ku adalah yang terendah dari peserta lainnya, maka
aku memiliki urut penampilan nomor 1, alias yang pertama tampil. Ga terlalu
senang sih, tapi ya melihat angka 1, aku menjadi termotivasi.
Benar saja, penampilanku yang
pertama tersebut menjadi penjatuh mental peserta selanjutnya (ckck, macem jago
kali aku ini yaa). Kontestan setelah aku ada beberapa yang demam panggung, lupa
konsep pertandingan, dan sejenisnya. Tapi ada juga kok yang tampil lumayan dan
cukup menyaingi.
Setelah semua kontestan maju,
dewan juri meminta waktu untuk berunding untuk menentukan pemenang yang layak
untuk disematkan sebagai juara. Kami menunggu di luar ruangan untuk beberapa
waktu. Setelah dipersilakan masuk kembali, kami mendapatkan beberapa poin
evaluasi untuk kemajuan performa kami di tahun-tahun kedepannya, dan juga ada
harapan-harapan juri kepada calon pemenang.
Dan… Hasil pengumuman lomba pun
di suarakan…
Syukurlah, aku mendapatkan gelar juara
1. Angka yang sangat diimpikan peserta lomba manapun. Kebahagian sekolah
semakin terlengkapi setelah beberapa saat di kategori puteri juga diumumkan
bahwa kami juga meraih peringkat 1. Efisiensi yang terealisasi.
Pada saat itu, aku menganggap
angka 1 hanya berakhir pada hari itu saja. Tapi….
Sebagai simbol supremasi,
kemenangan itu harus diadakan upacara khususnya. Karena budaya sekolah kami
begitu, kalau ada thropy yang akan masuk lemari sekolah, harus di-seremonial-kan.
Waktu itu saya ingat sekali kami mengadakan upacara di Senin pagi dengan
atribut cuaca mendung. Upacara pun dipindahkan ke aula sekolah kami yang cukup
luas. Aku pun mewakili rekan-rekan yang berlomba, ditugaskan untuk penyerahan
piala tersebut. Yang memimpin upacara saat itu adalah Pak Ir. Armen Arif,
dengan peserta upacara adalah seluruh siswa dan guru-guru.
Dalam benakku, hanyalah suatu
perasaan menyenangkan karena akhirnya memiliki sumbangsih untuk sekolah, walau
hanya suatu lomba kecil tersebut. Dan pada saat itu, anda tahu itu tanggal
berapa ? Tanggal 1 November 2010. Memang kurang menarik, tapi mari kita coba
digital-kan tanggal tersebut.. dan hasilnya menjadi 011110 !!! Menarik sekali..
(setidaknya menurutku.. hehe)
Angka 1 memang begitu..
Pasti silat
BalasHapusHaha anggap aja iya, gan..
BalasHapus