...Welcome to SuhenoxiouS...

Kamis, 16 Oktober 2014

MAKALAH MANAJEMEN BISNIS RITEL



MAKALAH TUGAS MANAJEMEN BISNIS RITEL
“ANALISIS ASPEK MSDM PADA BISNIS RITEL : MAXIMART”

Disusun Oleh :

MHD. SUHENDRA SEPRIADI                      110907024
TRIWAN LIMSON TAMPUBOLON              110907074
KELLY AGATHA SIMANJUNTAK                 110907010
                                    DEBY MAGDALENA WU                              110907020













PROGRAM STUDI STRATA-I ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Bisnis Ritel yang berjudul “Analisis Aspek MSDM Pada Bisnis Ritel : MaxiMart”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa banyak pihak yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu, membimbing, dan memberi motivasi bagi kami. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ardy, dosen mata kuliah Manajemen Bisnis Ritel, Kak Lisbeth Elida Tondang selaku narasumber kami yang telah menyempatkan diri ditengah kesibukkan kerjanya untuk memberikan informasi yang berharga dalam proses penyelesaian makalah ini. Dan tak lupa juga kepada teman-teman Departemen Ilmu Administrasi Bisnis angkatan 2011 Kelas B.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi pemikiran bagi pihak-pihak yang membutuhkan, terutama para teman mahasiswa dan terlebih lagi bagi penyusun sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapakan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca agar dapat menjadi perbaikan untuk makalah selanjutnya.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. 
                                                                                    

Medan, 27 September 2014
                     Hormat kami,


Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….. i
Daftar Isi..…………………………………………………………………………………………….. ii
1. BAB I : PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang…………………………………………………………………..    1
1.2  Tujuan ……………………………………………………………….....................    2
1.3  Rumusan Masalah………………………………………………………………   2
2. BAB II : PEMBAHASAN
2.1  Sumber Daya Manusia dalam Bisnis Ritel……………………………....  3
2.2  Struktur Organisasi pada Bisnis Ritel…..………………………………..   4
2.3  Memotivasi Karyawan Ritel …………………………………………………   5
2.4  Membangun Komitmen Karyawan ……………………………………….   7
3. BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….   8
3.2 Saran…………………………………………………………………………………...   9
4. DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan bisnis ritel sangat pesat dekade ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya usaha ritel yang bermunculan untuk menarik minat konsumen dengan harapan dapat memimpin pasar, sehingga persaingan dalam dunia ritel akan semakin ketat.

Di Indonesia, perkembangan ritel telah memasuki era praktis seperti yang ada di negara-negara maju. Ini  khususnya  terjadi  di  kota-kota  besar,  seperti  Jakarta,  Bandung, Surabaya,  Palembang,  Makasar, dan  Medan.

Kondisi  tersebut  menyebabkan  produsen lebih  jeli  dalam menciptakan  keunggulan  sebelum  terjun  ke  pasar  sasaran.  Hal  ini  harus didukung  oleh  Sumber  Daya  Manusia (SDM) yang  handal,  berpotensial  dan mempunyai  loyalitas  serta  dedikasi  terhadap  kelangsungan  perusahaan terutama  bisnis ritel,  karena  bisnis ini  berbeda  cara  pengelolaannya dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan pada umumnya.

Sumber  daya  manusia  mempunyai  peran  sangat  penting  dalam pengelolaan  bisnis       ritel ,  karena  membutuhkan  kesiapan  pengelolaan  dalam arti sumber daya manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan keterampilan (baik soft  skill  maupun  hard  skill)  dalam  hal  manajerial  penjualan  ritel  dan  sekaligus kepekaan dalam melihat peluang agar dapat memiliki kompetensi untuk bertahan.dalam  bisnis ritel.

Hal  ini  bisa  dilihat  dari  jam  kerja  yang  berbeda,  pentingnya sumber  daya  manusia  ini  akan  mempengaruhi  kelangsungan  perusahaan.  Dan jika  bisnis ini  mengalami  penurunan,  baik dalam  pengelolaannya  dan  terutama dilihat  dari  omset  penjualannnya,  maka  peran  manajemen  untuk sumber  daya manusianya  yang  harus diperbaiki,  karena  perusahaan  sendiri  pada  umumnya mempunyai tujuan dan harapan yang sama yaitu memperoleh laba dalam jangka panjang agar perusahaan yang dikelolanya tetap berkembang.

Melihat pentingnya peran SDM dalam bisnis ritel, maka penulis mencoba menguraikan  permasalahan  manajemen  SDM  Ritel  dalam  makalah  ini  yang berjudul:  “ANALISIS MANAJEMEN  SUMBER  DAYA  MANUSIA  (SDM) DALAM BISNIS  RITEL PADA MAXIMART “.


Jumat, 06 Juni 2014

Makalah Kasus Bisnis Internasional



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Bisnis Internasional yang berjudul “Analisis Kasus Bisnis Internasional (Penarikkan Peredaran Indomie di Taiwan)”.

Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa banyak pihak yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu, membimbing, dan memberi motivasi bagi kami. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Onan Marakali Siregar, S.Sos, M.Si selaku dosen mata kuliah Bisnis Internasional, dan teman-teman Departemen Ilmu Administrasi Bisnis angkatan 2011 Kelas B.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi pemikiran bagi pihak-pihak yang membutuhkan, terutama para teman mahasiswa dan terlebih lagi bagi penyusun sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapakan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca agar dapat menjadi perbaikan untuk makalah selanjutnya.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. 
                                                                                    

Medan, 15 Mei 2011
Hormat kami,


Penyusun


DAFTAR ISI
1. BAB I : PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang...…………………………………………………………………………
1.2  Tujuan…………………………………………………………………………………....
1.3  Rumusan Masalah………………………………………………………………………...
2. BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Kutipan Kasus……………………………………………………………………………
2.2 Analisis Kasus……………………………………………………………………………
3. BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………
3.2 Saran………………………………………………………………………………………………
4. DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
   1.1  Latar Belakang
Bisnis Internasional adalah bisnis yang kegiatannya melampaui batas suatu Negara. Banyak cara yang dilakukan untuk dapat berbisnis secara internasional. Mulai dari kegiatan perdagangan/trading (ekspor, subcontracting, counter trade), transfer (turnkey project, licencing, franchising), dan Foreign Direct Investment (joint venture,contract manufacturing, management contract, aliansi bisnis, dll). Karena bisnis ini menjanjikan dengan mampu meraih pasar yang luas, maka bisnis ini juga memiliki risiko yang cukup tinggi karena melibatkan banyak pihak-pihak dengan berbagai kepentingan yang juga berbeda. Salah satu risiko tersebut dapat berbentuk pencekalan atau penarikkan peredaran barang di pasar luar negeri seperti kasus yang akan kita bahas di makalah ini. Alangkah baiknya jika kita mampu menganalisis kasus berikut dan mengambil pelajaran agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.

   1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas pribadi sebagai salah satu kategori penilaian mata kuliah Bisnis Internasional. Selain itu, juga bertujuan agar penyusun dapat memahami contoh kasus bisnis internasional serta menganalisisnya dengan baik.

   1.3  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah contoh kasus Bisnis Internasional ?
2.      Apa analisis dan solusi kasus Bisnis Internasional ?
 

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kutipan Kasus

SENIN, 11 OKTOBER 2010 | 11:45 WIB
“Mengandung Pengawet Terlarang, Indomie Ditarik di Taiwan”

TEMPO Interaktif , Taiwan – Dua jaringan supermarket terbesar di Taiwan berhenti menjual produk mi instan merek Indomie setelah pemerintah Taiwan menemukan bahan pengawet yang dilarang di produk asal Indonesia. Pusat Keamanan Makanan Taiwan telah menguji mi tersebut dan bakal menanyakannya terhadap insiden tersebut ke para importir dan distributor. Importir dari Hong Kong mengatakan mi-mi tersebut diperkirakan dibawa ke Thailand secara ilegal. Beberapa warga Taiwan mengatakan mereka akan membeli mi merek lain. Sementara, para tenaga kerja Indonesia di Taiwan mengaku akan tetap memakan Indomie karena rasanya enak dan harganya murah.

Pemerintah Taiwan mengumumkan menarik mi instan Indomie, Jumat. Penarikan itu dilakukan setelah dua bahan pengawet terlarang, methyl p-hydroxybenzoate dan benzoic acid, ditemukan di dalam Indomie. Bahan pengawet tersebut hanya dibolehkan untuk kosmetik. Bahan pengawet tersebut dilarang digunakan di makanan-makanan di Taiwan, Kanada, dan Eropa. Jika bahan pengawet tersebut dikonsumsi, bisa menyebabkan orang muntah. Bahkan, kalau bahan pengawet tersebut dimakan untuk jangka waktu yang cukup lama atau dalam jumlah yang banyak, itu bisa menyebabkan metabolic acidosis, sebuah kondisi akibat terlalu banyak mengkonsumsi asam.

Jaringan toko ParknShop dan Wellcome menarik semua produk Indomie dari supermarket-supermarket milik mereka. Importir Indomie di Taiwan, Fok Hing (HK) Trading, mengatakan mi produk Indomie sudah memenuhi standar keamanan makanan di Hong Kong maupun Badan Kesehatan Dunia (WHO). Fok Hing (HK) Trading mengutip penilaian kualitas Indomie pada Juni yang menyatakan tidak menemukan kandungan pengawet terlarang di Indomie.

"Mi Indomie aman dimakan dan mereka masuk ke Hong Kong melalui saluran impor resmi," tulis Fok Hing (HK) Trading. "Produk yang mengandung racun dan ditemukan di Taiwan diduga diimpor secara ilegal."

Sebuah supermarket Indonesia di Taiwan, East-Southern Cuisine Express, di Causeway Bay mengatakan bahwa produk Indomie mereka bukan barang selundupan dan aman dimakan. Satu paket berisi lima bungkus Indomie di Taiwan dijual 10 dolar Hong Kong (Rp 11. 500) Sementara, merek lainnya seharga 15 dolar Hong Kong (Rp 17.200) sampai 20 dolar Hong Kong (Rp 23.000). Indomie diminati di Hong Kong setelah sebuah iklan menunjukkan seorang bayi menari dan terbang setelah minum satu mangkuk Indomie.

Sementara itu, produsen Indomie di Indonesia, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), mengatakan produk-produk mereka sudah memenuhi standar internasional. (Baca: Produknya Ditarik di Taiwan, Ini Jawaban Indofood).

"ICBP menegaskan bahwa produk-produknya telah sesuai dengan petunjuk global yang dibuat CODEX Alimentarius Commission, badan standar makanan internasional. Kami sedang mengkaji situasi di Taiwan terkait beberapa laporan tersebut dan akan mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi konsumen kami di negara itu dan negara lainnya," ujar Direktur ICBP Taufik Wiraatmadja dalam siaran pers di situs Indofood, Senin (11/10).

2.1 Analisis Kasus

Kasus ini melibatkan beberapa pemeran bisnis internasional, yaitu pemerintahan Taiwan melalui FDA & DOH (Food and Drugs Administration Department Of Health)-nya, para importir melalui Fok Hing (HK) Trading, dua jaringan distributor dan retailer besar Taiwan melalui ParknShop dan Wellcome, perusahaan asal Indonesia melalui PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, dan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan (Marie Elka Pangestu). Masalah utamanya terletak pada temuan dua bahan pengawet terlarang, methyl p-hydroxybenzoate dan benzoic acid, yang notabene sangat dilarang untuk pemakaian dalam bahan makanan di negara Taiwan. Tapi, Indofood berdalih bahwa produknya sudah memenuhi standar Internasional yang dibuat oleh badan standar makanan internasional, Codex Alimentarius Commision (CAC). Pembelaan pun datang dari importir resmi Indomie di Taiwan, Fok Hing (HK) Trading, mengatakan bahwa mi produk Indomie sudah memenuhi standar keamanan makanan di Hong Kong maupun Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Menurut saya, masalah ini muncul disebabkan karena kesalahan interpretasi standar Internasional oleh otoritas negara Taiwan, yang memang bukan anggota CAC. Langkah penarikkan peredaran mi tersebut bisa dinilai wajar, karena tugas negara memang harus melindungi rakyatnya/konsumen dari potensi keracunan. Mengingat hubungan perdagangan antara Taiwan-Indonesia selama ini saling menguntungkan, sudah selayaknya segera dilakukan rekonsiliasi antara pihak-pihak terkait. Musyawarah untuk mufakat adalah pilihan yang tepat untuk menemukan titik kesepahaman antara interpretasi otoritas Taiwan dan Indonesia.
Isu-isu yang berkembang seiring adanya dugaan jalur ilegal peredaran mi Indomie harus segera ditanggapi dan diusut. Hal tersebut (mi illegal, red) bisa memperparah citra Indofood yang selama ini dikenal baik oleh warga Taiwan.

Apapun hasil perundingan nantinya, harus ditaati para pihak yang berunding. Dan langkah selanjutnya adalah segera melakukan klarifikasi untuk memberitahu masyarakat tentang hasil perundingan dan akar masalahnya. Upaya itu dapat mereduksi keresahan/kekhawatiran masyarakat terhadap produk Indomie yang ditarik massal sebelumnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan apa yang sudah dipaparkan pada makalah ini, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Kasus Indomie di Taiwan melibatkan beberapa pemeran bisnis internasional, yaitu pemerintahan Taiwan melalui FDA & DOH (Food and Drugs Administration Department Of Health)-nya, para importir melalui Fok Hing (HK) Trading, dua jaringan distributor dan retailer besar Taiwan melalui ParknShop dan Wellcome, perusahaan asal Indonesia melalui PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, dan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan
2. Masalah utamanya terletak pada temuan dua bahan pengawet terlarang, methyl p-hydroxybenzoate dan benzoic acid, yang notabene sangat dilarang untuk pemakaian dalam bahan makanan di negara Taiwan yang bukan anggota CAC. Temuan itu menimbulkan perbedaan interpretasi antara otoritas Taiwan terhadap Indofood yang memakai standar dari CAC.
3. Upaya yang harus dilakukan adalah perundingan untuk menemukan titik kesepahaman standar. Apapun hasil perundingan tersebut, harus ditaati dan dipublikasikan agar menjadi edukasi terhadap masyarakat/konsumen di Taiwan

3.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan atas kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Calon pelaku bisnis Internasional harus mengkomunikasikan dengan jelas tentang produknya kepada Negara tujuan ekspor. Segala dokumentasi dan standar yang melekat pada produk dijelaskan dengan baik untuk menghindari kesalahpahaman
 2. Akan lebih baik jika perusahaan juga menyesuaikan standar produk internasional yang dianut suatu Negara tujuan, dibandingkan hanya menggunakan satu standar asal saja. Hal ini akan memperkuat keyakinan calon konsumen untuk memakai produk perusahaan tanpa khawatir terjadi masalah di kemudian hari
DAFTAR PUSTAKA
http://www.tempo.co/read/news/2010/10/11/118283832/Mengandung-Pengawet-Terlarang-Indomie-Ditarik-di-Taiwan

Kamis, 05 Juni 2014

Pohon Kelapa



Siang ini aku merasa lelah dan haus sekali. Maklum, cuaca lagi panas-panasnya. Segera setelah kuliah berakhir, aku beranjak pulang ke kost. Matahari sedang bergairahnya menyengat ubun-ubun kepala sepanjang perjalanan pulang. Jarak kampus ke “kost sweet kost” memang tidak terlalu jauh, tapi terasa jauh karena dorongan dahaga tersebut. Di tengah perjalanan, aku melihat ada warung yang menjual es kelapa muda. Aku segera mendaratkan pantatku di bangku yang disediakan.

“Nande,, pesan satu yaa.. Minum sini aja..”

Tak butuh waktu yang lama, pesanan datang. Aku meminum es kelapa muda tersebut tanpa banyak mukadimah lagi. Segar betul rasanya. Panas yang terasa mulai mendingin, rasa lelah sedikit tereduksi karena sudah mulai duduk di warung nande-nande ini. Belum lagi datang terpaan angin sepoi-sepoi ke wajahku yang kusam.

Sembari minum es kelapa muda tersebut, aku memikirkan betapa berharganya sesuatu barang dan momen. Dulu saya dan kawan-kawan dari SMAN Agam Cendekia tidak perlu membayar apapun untuk meminum es kelapa muda. Di depan asrama Marapi kami, ada pohon kelapa yang tumbuh dengan seksinya. Dia siap kami grepe-grepe dan petik jika lagi kangen minum air kelapanya, atau makan isinya.

Pohon kelapa itu tumbuh di depan kamar 9 Marapi. Tak jarang, rekan-rekan dari kamar tersebut menjadi host yang baik jika ada kegiatan panen kelapa. Biasanya kami berkumpul disana sesaat sebelum eksekusi. Bahkan sang tuan rumah berkenan memanjat pohon kelapa dan menjatuhkannya untuk dipungut oleh kami di bawah, hehe (*licik). Yaa, rekan dari kamar lain membantu juga lah di lain waktunya.

Menyenangkan sekali bisa menjalin momen itu dulunya. Kami panen bersama, minum air kelapa mudanya bersama, bersenda gurau bersama. Seolah siang itu adalah milik kami. Sang panas mentari pun ikut cemburu kepada kami. Hal ini kami lakukan bukan hanya sekali, dua kali, tapi selama kami mau sejak menghuni Asrama Marapi SMAN Agam Cendekia.

Sekarang, setelah kami menjadi alumni dan berlainan almamater, momen itu belum terwujud kembali. Entahlah di masa yang akan datang. Yang pasti aku tersenyum simpul saja mengingat masa itu di warung tersebut, yang juga menjual gorengan hangat.

Yang mau kusampaikan, banyak hal kecil yang sepele tapi sebetulnya berharga dalam masa lalu kita. Kita bisa membeli es kelapa muda dengan murah, seharga Rp 3000 saja, tapi kita tidak bisa membeli momen istimewa menikmati kelapa muda bersama rekan-rekan lainnya. Butuh banyak faktor yang harus dilewati untuk mengumpulkan kami kembali dan memanjat kembali sang pohon kelapa.

Oh ya,, titip salam buat si pohon kelapa kami.. semoga dia masih se-seksi dulu. Ini aku punya foto dia walau tinggal satu saja. Maklum lah, sekolah kami dengan sistem asrama yang ketat, melarang kami untuk membawa kamera dan handphone, kecuali untuk keperluan khusus.


Yang suka, tolong di like ya page fb kami dan follow twitternya juga..
Yang ada kesan dan pesan, komeng aja dibawah yoow..